Imunisasi
19.55
Makalah
KESEHATAN
IBU DAN ANAK
IMUNISASI
IBU/ANAK

Disusun
oleh :
WA
ODE DITA ARLIANA K11109012
NO.URUT
: 26
KESMAS
C
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
rahmatnya dan karunia-Nyalah sehingga penulisan makalah ini yang berjudul Siklus
Menstruasi dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaannya.
Harapan saya, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Makassar,26
Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian dari
imunisasi
2.
Tujuan dari imunisasi
3.
Jenis-jenis dari
imunisasi
4.
Mekanisme dari
imunisasi
5.
Jenis respon
imun
6.
Penyakit yang
timbul pada ibu dan anak apabila tidak diberi imunisasi
7.
Jadwal
pelaksanaan imunisasi
8.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah
satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang
dibawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur.
Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu.
Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem
imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman
penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh
(terutama pada anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang
lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat
mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi masih banyak
berkecamuk di Negara berkembang , termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan
penyebab utama kematian berjuta-juta anak. Ini sudah menjadi fakta sebelum
perang dunia II. Keadaan serupa pula terjadi di Negara maju, seperti Eropa dan
Amerika Serikat. Dewasa ini keadaan dinergara maju sudah sangatlah berlainan,
yaitu penyakit infeksi telah dapat ditekan serendah-rendahnya dan bukan lagi
masalah utama kesehatan anak. Keberhasilan peningkatan derajat kesehatan anak
ini dapat tercapai anatara lain dengan dilakukannya imunisasi, selain adanya
perbaikan nilai social dan ekonomi (Markum, 2002).
Sekitar 1,7 juta kematian yang terjadi pada anak atau 5 %
pada balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan
Imunisasi seperti TBC,difteri,peruses,campak, tetanus, polio, dan hepatitis B.
PD3I merupakan salah satu penyebab kematian anak di Negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, oleh karena itu cakupan imunisasi harus dipertahankan lebih
tinggi dan merata sampai mencapai tingkat population Immunity ( kekebalan
Masyarakat ), sementara kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang
tinggi dan merata akan dapat menimbulkan kejadian luar biasa PD3I seperti
kejadian polio ( Depkes,2007).
Angka kematian balita akibatpenyakit TBC dijawa tengah
yaitu dari 250.000 penduduk 53 dari 100.000 yang menderita TBC meniinggal dunia
karena penyakit menular. Penyakit ini menduduki peringkat keenam diantara
seluruh penyakit (Dinkes,2004)
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian imunisasi
?
2.
Apakah tujuan
dari imunisasi ?
3.
Apa saja
jenis-jenis dari imunisasi ?
4.
Bagaimana
mekanisme dari imunisasi ?
5.
Apa saja jenis
respon imun ?
6.
Penyakit apa
saja yang timbul pada anak dan ibu apabila tidak diberi imunisasi ?
7.
Kapan jadwal
pelaksanaan imunisasi ?
8.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu imunisasi?
C.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk
9.
mengetahui
pengertian dari imunisasi
10. mengetahui tujuan dari imunisasi
11. mengetahui jenis-jenis dari imunisasi
12. mengetahui mekanisme dari imunisasi
13. Mengetahui jenis respon imun
14. mengetahui penyakit yang timbul pada ibu dan anak
apabila tidak diberi imunisasi
15. mengetahui jadwal pelaksanaan imunisasi
16. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan imunisasi
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Imunisasi
Kata imun
berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang
diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap
kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah,
istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi
perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit
menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).
Imun
adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan
pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah
suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam
tubuh. (Depkes RI, 2000)
Sistem imun
adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat
yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk
melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke
dalam tubuh. Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.
Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat,
karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya,
tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga
pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang
lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap
berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit
tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal
(Gordon, 2001).
Di Indonesia
imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk memberikan
perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan
terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi
dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).
Imunisasi
adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada
bati atau anak sehingga terhindar dari penyakit. (Yupi S, 2004).Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang serupa, tidak
terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2001)
2.
Tujuan Imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari
imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis
B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan
lain sebagainya.
3.
Macam-Macam dan Jenis Imunitas
Ada 2 jenis klasifikasi imunitas, yaitu :
a.
Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah keekbalan yang di buat
sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu panyakit tertentu dimdnd
prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Kekabalan aktif dapat terjadi
apabila terjadi stimulus “ system imunitas” yang menghasilkan antibody dan
kekebalan seluler dan bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif. (Depkes,
2000)
Kekebalan aktif ada 2
macam:
1.
Naturally Acquired (kekebalan yang di dapat secara
alami)
Misalnya pada terkena difteri /poliomyelitis
dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh
selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut. Hal ini karena paparan penyakit
terhadapsistem kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar dalam darah darah
dan apabila suatu ketika terpapar lagi dengan antigen yang sam, sel limfosit
akan memeproduksi antibody untuk mengenbalikan kekuatan imunitas terhadap
penyakit tersebut.
2. Kekebalan aktif buatan
Merupakan keekbalan
yang di buat tubuh setelah pemberian vaksin. Dikenal dengan imunisasi dasar dan
booster. Misalnya pemberian vaksin (cacar dan polio) yang kumannya masih hidup,
tetapi sudah dilemahkan (virus, kolera, tipus, pertusis, toksoid (toksis))
b.
Kekebalan pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian suntikan atau
antibody/immunoglobulin kepada resipien, dimaksudkan untuk pengobatan atau
pencegahan terhadap infeksi. Transfer imunitas memberikan proteksi segera
terhadap pathogen, akan tetapi bersifat sementara selama antibody masih aktif
di dalam tubuh resipien. Pada bayi baru lahir imunitas didapat dari transfer
transplasental immunoglobulin B dari ibu. Kadar tergantung umur kehamilan dan
spesifik terhadap infeksi lokal.
1.
Kekebalan pasif yang diturunkan (Congenital
immunity)
Yaitu kekebalan pada
bayi , karena mendapatkan zat anti yang diturunkan dari ibunya, ketika ia masih
berada di dalam kandungan. Antibodi dari darah ibu, melalui placenta, masuk
kedalam darah si ibu.
Macam dan jumlah zat
anti yang didapatkannya tergantung pada macam dan jumlah zat anti yang dimiliki
ibunya.Macam kekebalan yang diturunkan antara lain: terhadap tetanus, diptheri,
pertussis, typhus.Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan,
karena zat anti ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak
membuatnya.
2.
Kekebalan pasif yang disengaja (Artificially
induced passive immunity)
Kekebalkan pasif
yang disengaja yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi
zat anti dari luar.Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan (therapeutika)
maupun sebagai usaha pencegahan (propilactic).Misalnya: seorang yang luka
karena menginjak paku, karena ia takut menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti
Tetanus Serum), sebagai usaha pencegahan.
Indikasi imunisasi
pasif secara umum
Defisiensi sintesis
antibody akibat defek B-limfosit bawaan maupun didapat.Rentan terhadap suatu
penyakit terpapar atau kemungkinan terpapar ( missal anak dengan leukemia
terpapar varisela atau campak) atau tidak cukup waktu untuk memperoleh proteksi
dengan vaksinasi (keadaan terpapar campak, rabies, hepatitis B).Sebagai
pengobatan membantu menekan dampak toksin (missal keracunan atau luka bakar,
difteria, tetanus) atau menekan proses inflamasi yang terjadi (Penyakit
kawasaki)
Beberapa prinsip
dasar penggunaan imunisasi pasif
Kemampuan antibody
untuk segara bereaksi, secara umum efikasi tergantung lamanya terpapar atau
diberikan sebagai profilaksis.Faktor yang mempengaruhi metabolisme
antibody/waktu paruh yang terbatas.Variasi efektivitas berbagai jenis gama
globulin.Pengaruh supresi respons imu, pemberian antibody spesifik akan
menghambat terbentuknys sntibodi.Pilihan penggunaan dipengaruhi aleh jenis yang
tersedia, jenis antibodi yang diinginkan, cara pemberian, dan waktu pemberian.
Berdasarkan
program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan.
Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau
kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus
yang biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri
dari: (Sri Rezeki, 2005)
1). BCG (Bacille Calmette
Guerin)
Imunisasi BCG
berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat.
Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2 – 3 bulan. Dosis
untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara
intra dermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak
dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada
bekas suntikan.
BCG tidak dapat
diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka
panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
2). Hepatitis B
Imunisasi
Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi
Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus
Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis
B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak
belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya.
Penyakit ini
dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit
ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati.
Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh.
Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus
ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.
Seorang wanita
hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama
kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak
3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi
maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B
merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika
tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian
hari.
3). DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT
untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.
Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat
menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan
gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi
selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan
kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung.
Batuk rejan
yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella
pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara
terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan
berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.”
Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus,
membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan
otak.
Tetanus
merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium
tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia.
Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang
telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari
cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat
terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan
kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus
sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi.
Imunisasi DPT
dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 – 6 minggu.
DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 – 5 bulan, dan DPT 3 umur 4 – 6
bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 pada
usia 18 – 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 – 7 tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5
dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DPT 6
diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteri pada umur lebih
besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml.
Imunisasi DPT
pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas satu sampai 3 tahun.
Ulangan DPT umur 18 – 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun
sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5) bila diberikan
pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi, yaitu sampai
umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari tetanus apabila
anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid tetanus tambahan yang
diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi.
4). Polio
Untuk imunisasi
dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval
tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik
polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada
kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.
Pemberian polio
1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat
bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh
karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja. Imunisasi polio
ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4. Selanjutnya saat masuk
sekolah usia 5-6 tahun.
5). Campak
Vaksin campak
diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja, mengingat
kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang, dianjurkan pemberian
vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pad
4.
Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibody
terhadap organisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit terlebih dahulu.Vaksin
zat yang di gunakan untuk membentuik imunitas tubuh.Terbuat dari mikroorganisme
ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah di matikan atau
di lemahkan tidak akan membuat penderita jatuh sakitvaksin di masukan kedalam
tubuh yang biasanya melalui suntikan.
Sistem pertahanan tubuh kemudian
akan bereaksi ke dalam vaksin yang di masukan ke dalam tubuh tersebut sama
seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibody kemudian
akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang.
Kemudian antibodi akan terus berada
di peredaran darah membentuk imunisasi ketika suatu saat tubuh di serang oleh mikroorganisme
yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin,maka antibodi akan melindungi
tubuh dan mencegah terjadinya infeksi. Pada anak yaitu: Polio,campak,rubella,difteria,batuk
rejan,meningitis,cacar air,gondongan,dan hepatitis B. Sedangkan terdapat 3
jenis vaksinasi yag di berikan pada kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan
resiko tinggi menderita infeksi yaitu: Hepatitis A,Influenza,Pneumon.
5.
Respon Imun
Respon
imun disini dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Primer
Respon
imun primer adalah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan
antigen. Antibody yang terbentuk dari respon imun primer kebanyakan adalah IgM
dengan titer yang lebih rendah di banding dengan respon imun sekunder, demikian
pula afinitasnya.
2.
Sekunder
Respon
imun sekunder adalah Antibody yang terbentuk terutama adalah IgG dengsn titer
dan afinitas lebih tinggi dari pada respon imun primer karena sel memori yang
terbentuk pada respon imun primer akan cepat mengalami transformasi blast,
proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibody.
Respon imun sekunder diterapkan dengan memberikan vakasin berulang.
6.
Penyakit Yang Timbul Apabila Tidak Diimunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat,
tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian
pada anak-anak. Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan
penting tersebut? Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi
kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia
menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan kepada anak-anak. 5
Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk
mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti :
1.
Tuberkulosis
(TBC)
Tuberkulosis,
terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang
maupun di negara maju. Faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi
menjadi penyakit ( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB dan Faktor resiko terjadinya
infeksi TB antara lain adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa
dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan,
serta lingkungan yang tidak sehat.
2.
Hepatitis B yang
disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh
lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa.
"Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak
diketahui secara jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak
segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B, bahkan sudah
menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala
kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti
maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus
yang paling mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular
daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih
banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara
tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih
bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih
berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati),
sampai kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.
- Penyakit
polio.
Penyakit ini
disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak
yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis
atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki
aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa
Virus Polio
termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral
tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA
ini membentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein
besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg). Polio adalah penyakit menular yang
dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak
antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Virus polio adalah virus RNA kecil yang terdiri atas
tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan
kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal
usia, lima
puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab
penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2
(lanzig), dan strain 3 (Leon ).
Strain 1 adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering
kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di
Sukabumi.
Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak.
Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio
paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis menyebabkan demam,
muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung,
otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain
poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan
permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami
kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah
poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada
dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Polio virus menyerang saraf tulang belakang dan
neuron motor -- yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala
seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf
pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus
dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan
otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari
sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas --
kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem
saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada
toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan
oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang
otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang
mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata,
gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf
glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di
kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke
jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh
persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ''perintah
bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali
dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan
yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga
sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron
lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan
mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah,
paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan
mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang
jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet
dari oro-faring (mulut dan tenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah
terinfeksi selain itu juga dapat menular melalui oro-fecal (makanan dan
minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus ini akan berkembangbiak
di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah bening, masuk
ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari
manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak
jarang terjadi melalui oral-oral (mulut ke mulut). Virus Polio dapat bertahan
lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer
dari sumber penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya
lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus
ini hidup di lingkungan terbatas. Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan
lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi
dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa
hidupnya.
- Penyakit
campak (tampek)
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles)
adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam,
batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam
kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan
Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan
ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4
hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah
penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa
prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak
disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui
percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air
borne disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah
vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu
yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap
campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan
imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah
terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler (
Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah (
conjuctivitis ).Setelah 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut
bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal
muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula
(ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol).
Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit,
ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu
tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang
dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai
pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
- Difteri,
pertusis dan tetanus.
Difteri
disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fatal.Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya
pada anak anak. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah
saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan
ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu
penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak
dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya
bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran
sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama
di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan
pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin
yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf
.
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi
paling sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di
seluruh dunia dilaporkan 30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal
karena penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu
tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit
infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus
(lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme
glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium
tetani yang terdapat di tanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya. Bakteri ini
masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang tercemar kotoran. Di dalam luka
bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang
saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB
untuk Anak-Anak) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko
terkena pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah
dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang
tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional
atau abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan (www.unicef.org). Angka
kematian yang diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi
bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara
(larinks), trakea dan bronkial. Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran
pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran
pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang
anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius
jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru
lahir dan keadaannya menjadi lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta
kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh
pertusis.
7.
Jadwal Pelaksanaan Imunisasi
Jadwal pemberian Vaksin :
1. Hepatitis B
Diberikan dalam satu
seri yang terdiri dari 3 kali suntik.
- Pertama : Bila
ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, maka vaksin harus diberikan
paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus,
bisa diberikan pada kontrol di bulan pertama atau kedua.
- Kedua : Kalau
yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang kedua diberikan antara
bulan pertama dan kedua. Bila yang pertama diberikan setelah sebulan,
maka yang kedua diberikan antara bulan ketiga dan keempat.
- Ketiga :
Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum
usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan,
diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.
- Resiko yang
mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV
sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik
menjadi kemerah-merahan.
- Menunda pemberian
Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi
alergi serius terhadap suntikan vaksin.
- Setelah
pemberian Setelah vaksinasi panas
badan anak mungkin naik, dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi
merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol,
dll), dan kompres dengan air hangat bagian bekas suntikan.
2.
Jadwal
pemberian DPT
Diberikan
sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik. Yaitu pada usia 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 s/d
6 tahun). Dianjurkan untuk mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan
tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahun atau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi
DTP terakhir. Setelah itu direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10
tahun.
- Resiko yang
mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin ini menimbulkan panas badan
ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang diakibatkan oleh
komponen pertussis dalam vaksin.
- Menunda pemberian
: Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak
memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen
pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT
(difteri & tetanus) saja. Bila setelah mendapatkan vaksin DTP (DTaP)
timbul gejala seperti dibawah konsultasikan dengan dokter anak sebelum
mendapatkan vaksin lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi
kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernah
mengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan pada mulut,
tenggorokan atau muka panas badan lebih dari 40 derajat Celcius (105
derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelah imunisasi terus
menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi
- Setelah pemberian
: Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-merahan di
sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak
memberikan resep obat sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda
apabila timbul gejala-gejala seperti diatas.
- HIB
(Haemophilus Influenza Tipe B)
Jadwal
pemberian Diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu
diberikan sebagai penguat pada usia 12 s/d 15 bulan.
- Resiko yang
mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek sampingan yang pernah
ditemukan, kecuali kemerah-merahan dan nyeri pada bagian bekas suntikan
atau panas badan ringan.
- Menunda pemberian
Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi
alergi setelah imunisasi, maka pemberian vaksin Hib berikutnya harus
dihentikan.
- Setelah pemberian
Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badan ringan.
- POLIO
Jadwal
pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12 s/d 18 bulan dan
saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah
IPV sedang dua terakhir dengan OPV. Namun apabila tidak ada gangguan dianjurkan
untuk mendapatkan vaksin semuanya secara IPV. Untuk itu konsultasikan dengan
dokter anak anda mana yang terbaik untuk kasus anak anda.
- Resiko yang
mungkin timbul Bagi anda yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio
pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda
mendapatkan vaksin polio secara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus
polio hidup yang terkandung dalam vaksin OPV ke anda.
- Menunda pemberian
Apabila anak memiliki gangguan kekebalan tubuh, vaksin IPV lebih baik
daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari
kontak dengan anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar
2 minggu setelah vaksinasi. Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak
yang memiliki alergi serius terhadap antibiotika neomycin atau
streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.
- Setelah pemberian
Untuk IPV, sering menimbulkan panas badan ringan dan nyeri atau
kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk OPV tidak ada gejala
pasca imunisasi apapun.
- BCG
Jadwal
pemberian Diberikan satu kali pada usia
2 bulan.
- Resiko yang
mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihan terhadap vaksin
ini.
- Menunda pemberian
Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan.
- Setelah pemberian
Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak
ada gejala lain yang serius.
- MMR
/ CAMPAK
Jadwal
pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari dua kali pemberian.
Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun)
atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
- Resiko yang
mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah serius akibat vaksin ini.
- Menunda pemberian
Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki
alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin. Bila menerima gamma
globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelum imunisasi. Bila memiliki
gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atau sedang menjalani terapi kemo
atau radiasi.
- Setelah pemberian
Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak
ada gejala lain yang serius.
JADWAL PEMBERIAN
|
JENIS VAKSIN
|
Waktu Lahir
|
BCG, HEPATITIS B
(DOSIS I)
|
Umur 1 bulan
|
HEPATITIS B (DOSIS
II)
|
Umur 2 bulan
|
DPT dan POLIO (DOSIS
I)
|
Umur 3 bulan
|
DPT dan POLIO (DOSIS
II)
|
Umur 4 bulan
|
DPT dan POLIO (DOSIS
III)
|
Umur 5 bulan
|
POLIO (DOSIS IV)
|
Umur 6 bulan
|
HEPATITIS (DOSIS III)
|
Umur 9 bulan
|
CAMPAK
|
Umur 15 bulan
|
MMR
|
Umur 18 bulan
|
DPT (DOSIS IV), POLIO
(DOSIS V)
|
Kelas 1 SD
|
DT (DOSIS I dan II)
|
Tabel
jadwal imunisasi umum
8.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi
Keberhasilan
Suatu imunisasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a.
Status
imun penjamu
Kekebalan
vaksinasi memerlukan maturasi imunologik. Pada bayi neonatus fungsi makrofag
masih kurang, fungsi sel T (T Supresor) relative lebih menonjol dibandingkan
dengan bayi atau anak karena fungsi imun masa intra uterin lebih di tekankan
pada toleransi dan hal ini dapat terlihat pada saat bayi baru lahir.
Pembentukan antibody spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang di
bandingkan anak. Maka bila imunitas diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan
jangan lupa memberikan imunisasai ulangan. Status imun mempengaruhi pula hasil
imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun
sekunder seperti penyakit keganasan. Demikian pula individu yang menderita
penyakit sian gstemikseperti campak, tuberculosis akan mempengaruhi keberhasilan
imunitas. Keadaan gizi buruk akan menurunkan fungsi sel system imun seperti
makrofag dan limfosit. Imunitas seluler menurun dan imunitas humoral
spesifitasnya rendah. Meskipun kadar globulin normal atau tinggi,
immunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena
terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibody. Kadar
komplemen juga berjurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respon
terhadap vaksin atau toksoid berkurang.
b.
Genetik
penjamu
Interaksi
sel imun di pengaruhi oleh variabilitas genetic. Secara genetic respon imun
manusia dapat dibagi atas respon baik, cukup dan rendah terhadap antigen
tertentu, maka tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksin yang tidak
100%.
c.
Kualitas
dan Kuantitas vaksin
Vaksin
adalah mikroorganisme atau toksoid yang di ubah sedemikian rupa sehingga
patogenitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat
antigenitas. Faktor kualitas dan kuantitas vaksin seperti pemberian, dosis,
frekuensi pemberian dan jenis vaksin.
1.
Cara
pemberian vaksin
Akan mempengaruhi respon yang
timbul. Misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping
sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik
saja.
2.
Dosis
vaksin
Terlalu tinggi atau terlalu rendah
juga mempengaruhi respon imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan
menghambat respon imun yang diharapkan, sedang dosis yang terlalu rendah tidak
merangsang sel-sel imunokompeten.
3.
Frekuensi
pemberian
Juga mempengaruhi respon imun yang
terjadi. Sebagimana telah kita ketahui, respon imun sekunder menimbulksn sel
efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih
tinggi. Disamping frekuensi, jarak pemberianpun akan mempengaruhi respon imun
yang terjadi. Bila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar
antibody spesifik yang masih tingggi, maka antigen yang masuk segera
dinetralkan oleh antibody spesifik yangi masih tinggi sehingga tidak sempat
merangsang sel imunokompeten. Bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi
Arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat
pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal.
Karena itu pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan
sesuai dengan hasil uji klinis.
4.
Jenis
vaksin
Vaksin hidup akan menimbulkan respon
imun lebih baik dibandingkan vaksin mati atau yang inaktivasi (killer atau
anactivatid) atau bagian (komponen) dari mikroorganisme. Rangsangan sel Tc
memori membutuhkan suatu sel yang terinfeksi, karena itu di butuhkan vaksin
hidup.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Imunisasi adalah suatu prosese untuk
membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri
dan virus).
2. Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi
angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya
3. Macam dari imunisasi adalah imunisasi aktif
dan pasif serta Jenis-jenis imunisasi adalah BCG,Hepatitis B,Polio,DTP,Campak.
4.
mekanisme dari
imunisasi yaitu Imunisasi
bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibody terhadap organisme
tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit terlebih dahulu.
5.
Respon imun
dibagi menjadi 2 jenis yaitu primer dan sekunder dan
6.
Penyakit yang
timbul apabila tidak diberi imunisasi yaitu tuberculosis (TBC), Hepatitis B,
Polio, Campak, Dipteri, Pertusis dan Tetanus.
7.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu imunisasi yaitu status imun
penjamu,genetic penjamu dan kualitas serta kuantitas vaksin.
B.
Saran
DAFTAR ISI
Didit.2010.Makalah Imunisasi.Situs : http://farmasiblogku.blogspot.com/2010/10/makalah-imunisasi.html.
Diakses pada tanggal 25 Otober 2011
Hasanah,Ulfah, DKK.2010.Upaya Promotif
dan Preventif Kesehatan Bayi dan Anak.Bima
: Stikes Yahya Bima.
Nur’aini.2010. 9 Imunisasi Pada Anak. Situs : http://blog.unand.ac.id/ainicahayamata
. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011
Qauliyah,Astaq.2008.Imunisasi; Pengertian, Jenis dan Ruang lingkup. Situs : http://astaqauliyah.com/2008/08/imunisasi-pengertian-jenis-dan-ruang-lingkup/
. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011
Rahman.2009.Imunisasi.Situs : http://rahmanbudyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-kesehataan_imunisasi/
. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2011
0 komentar