Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Balita
11.08Makalah Dasar-Dasar Gizi
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
PADA BALITA
Disusun oleh :
WA ODE DITA ARLIANA
K11109012
KESMAS A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
PENDAHULUAN
Hingga saat ini di indonesia masih terdapat 4 masalah gizi utama yaitu KKP (Kurang Kalori Protein), Kurang vitamin A, Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) dan kurang zat besi yang disebut Anemia Gizi (kodyat, A,1993).Sampai saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik terang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat besi atau dikenal dengan sebutan anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai terutama di negara–negara sedang berkembang. anemia gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, anak pekerja atau buruh yang berpenghasilan rendah (wijayanti,Y,1989).
Berdasarkan hasil–hasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak belita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi rata–rata nasional pada ibu hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi anemia gizi yang tinggi pada anak sekolah membawa akibat negatif yaitu rendahnya kekebalan tubuh sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan. Dengan demikian konsekuensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia (scrimihow, 1984). Khusus pada anak balita, keadaan anemia gizi secara perlahan – lahan akan menghambat pertumbuhan dan perkambangan kecerdasan, anak – anak akan lebihmudah terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh, dan hal ini tentu akan melemahkan keadaan anak sebagai generasi penerus (wijayanti, T.1989)>
1. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar sel darah merah atau hemoglobin (Hb) di bawah normal. Sedangkan Anemia Defisiensi Besi merupakan anemia yg disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin. Anemia terjadi bila darah anda tidak memiliki cukup hemoglobin.. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh Anda. Penyebab umum dari anemia adalah tidak memiliki cukup zat besi. Anak-anak dapat mengalami anemia kekurangan zat besi bila tidak ada zat besi dalam makanan mereka untuk membuat jumlah normal hemoglobin dalam darah mereka. spurts pertumbuhan juga dapat menyebabkan kadar zat besi rendah. Anak-anak di bawah usia 3 tumbuh begitu cepat sehingga tubuh mereka mungkin memiliki kesulitan menjaga dengan jumlah zat besi yang mereka butuhkan.Adapun Batas normal Kadar Hemoglobin adalah :
Kelompok Umur Hemoglobin
Anak 6 bulan - 6 tahun 11
6 tahun – 14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita Hamil 11
2. Patofisiologi
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
3. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186 :303)
Rasa lemah, letih, hilang nafsu makan, menurunya daya konsentrasi dan sakit kepala atau pening adalah gejala awal anemia. Pada kasus yang lebih parah, sesak nafas disertai gejala lemah jantung dapat terjadi. Untuk memastikan, diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, diantaranya dilakukan penentuan kadar hemoglobin atau hematokrit dalam darah (Kardjati Sakit, 1985).
4. Penyebab Anemia Defisiensi Zat Besi
Penelitian di negara berkembang mengemukakan bahwa bayi lahir dari ibu yang menderita anemia kemungkinan akan menderita anemia gizi, mempunyai berat badan lahir rendah, prematur dan meningkatnya mortalitas (Academi of Sciences, 1990).
Penyebab anemia gizi pada bayi dan anak (Soemantri, 1982): a. Pengadaan zat besi yang tidak cukup
1) Cadangan zat besi pada waktu lahir tidak cukup.
• Berat lahir rendah, lahir kurang bulan, lahir kembar
• Ibu waktu mengandung menderita anemia kekurangan zat besi yang berat
• Pada masa fetus kehilangan darah pada saat atau sebelum persalinan seperti adanya sirkulasi fetus ibu dan perdarahan retroplasesta
2) Asupan zat besi kurang cukup
b. Absorbsi kurang
1. Diare menahun
2. Sindrom malabsorbsi
3. Kelainan saluran pencernaan
c. Kebutuhan akan zat besi meningkat untuk pertumbuhan, terutama pada lahir kurang bulan dan pada saat akil balik.
d. Kehilangan darah
1. Perdarahan yang bersifat akut maupun menahun, misalnya pada poliposis rektum, divertkel Meckel
2. Infestasi parasit, misalnya cacing tambang.
5. Pengaruh anemia defisiensi zat besi terhadap balita
1. Terhadap kekebalan tubuh (imunitas seluler dan humoral)
Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat lebih meningkatkan kerawanan terhadap Penyakit infeksi. Seseorang yang menderita defisiensi besi (terutama balita) lebih mudah terserang mikroorganisme, karena kekurangan zat besi berhubungan erat dengan kerusakan kemampuan fungsional dari mekanisme kekebalan tubuh yang penting untuk menahan masuknya penyakit infeksi.
2. Imunitas humoral
Peranan sirkulasi antibodi sampai sekarang dianggap merupakan pertahanan utama terhadap infeksi, dan hal ini dapat didemonstrasikan pada manusia. Pada manusi kemampuan pertahanan tubuh ini berkurang pada orang-orang yang menderita defisiensi besi
Invitro responsif dari limfosit dalam darah tepi dari pasien defisiensi besi terhadap berbagai mitogen dan antigen merupakan topik hangat yang saling kontraversial. Bhaskaram dan Reddy menemukan bahwa terdapat reduksi yang nyata jumlah sel T pada 9 anak yang menderita defisiensi besi. Sesudah pemberian Suplemen besi selama empat minggu, jumlah sel T naik bermakna.
Srikanti dkk membagi 88 anak menjadi empat kelompok menurut kadar hemoglobin yaitu defisiensi besi berat (Hb<8,0 g/dl). Pada anak yang defisiensi besi sedang (Hb antara 8,0 - 10,0 g/dl), defisiensi ringaan (Hb antara 10,1 - 12,0 g/dl), dan normal (Hb > 12 g/dl). Pada anak yang defisiensi berat dan sedang terjadi depresi respons terhadap PHA oleh limfosit, sedangkan pada kelompok defisiensi ringan dan normal tidak menunjukkan hal serupa. Keadaan ini diperbaiki dengan terapi besi.
4. Fagositosis
Faktor penting lainnya dalam aspek defisiensi besi adalah aktivitas fungsional sel fagositosis. Dalam hal ini, defisiensi besi dapat mengganggu sintesa asam nukleat mekanisme seluler yang membutuhkan metaloenzim yang mengandung Fe. Schrimshaw melaporkan bahwa sel-sel sumsum tulang dari penderita kurang besi mengandung asam nukleat yang sedikit dan laju inkorporasi (3H) thymidin menjadi DNA menurun.
Kerusakan ini dapat dinormalkan dengan terapi besi. Sebagai tambahan, kurang tersedianya zat besi untuk enzim nyeloperoksidase menyebabkan kemampuan sel ini membunuh bakteri menurun.
Anak-anak yang menderita defisiensi besi menyebabkan persentase limfosit T menurun, dan keadaan ini dapat diperbaiki dengan suplementasi besi. Menurunnya produksi makrofag juga dilaporkan oleh beberapa peneliti. Secara umum sel T, di mana limfosit berasal, berkurang pada hewan dan orang yang menderita defisiensi besi. Terjadi penurunan produksi limfosit dalam respons terhadap mitogen, dan ribonucleotide reductase juga menurun. Semuanya ini dapat kembali normal setelah diberikan suplemen besi.
6. Pengobatan Terhadap Anemia Defisiensi Zat BEsi
Tujuan pengobatan untuk anemia kekurangan zat besi adalah untuk memulihkan kadar zat besi dan produksi sel darah merah sehat dan meningkatkan aliran penting oksigen ke jaringan. Peningkatan zat Besi dapat diberikan melalui suntikan atau, pada anak yang lebih tua, sebagai suplemen oral. Menggunakan vitamin C seiring dengan suplemen zat besi oral diterima sebagai cara untuk mencapai penyerapan yang lebih baik dari besi. Menggunakan suplemen zat besi dapat mengakibatkan sembelit , diare , kram, atau muntah pada individu yang sensitif. Suntikan dan infus dari besi dapat diberikan kepada individu dengan penyerapan zat besi miskin.
Pengobatan anemia defisiensi besi kadang-kadang membutuhkan lebih dari suplementasi besi. Bila kekurangan zat besi ini dipicu oleh wasir atau perdarahan gastrointestinal, misalnya, operasi mungkin diperlukan untuk mencegah anemia kekurangan zat besi berulang. Bila kekurangan zat besi ini dipicu oleh perdarahan akibat menelan aspirin, aspirin dihentikan. Kekurangan zat besi disebabkan oleh infeksi cacing tambang membutuhkan terapi obat untuk menghilangkan parasit; pencegahan termasuk memakai sepatu saat berjalan di tanah yang diketahui penuh dengan cacing tambang.
7. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya anemia defisiensi zat besi pada bayi dan anak, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjamin pemasukan zat besi yaitu:
1. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama setelah lahir.2. Untuk bayi berusia kurang dari 1 tahun yang tidak mendapat ASI, sebaiknya berikan susu formula dengan kandungan zat besi 12mg/L.
Pada usia 6 bulan ke atas berikan sereal pada anak dengan tambahan zat besi serta vitamin C secukupnya untuk membantu penyerapan zat besi.
Di atas usia 6 bulan pertimbangkan juga untuk memberikan anak bubur dengan daging yang dihaluskan.8. Strategi Penanggulangan
Strategi penanggulangan anemia gizi secara tuntas hanya mungkin kalau intervensi dilakukan terhadap sebab langsung, tidak langsung maupun mendasar. Secara pokok strategi itu adalah sebagai berikut :
Penanggulangan anemia gizi perlu diarahkan agar :
a. Keluarga dan anggota keluarga yang resiko menderita anemia mendapat makanan yang cukup bergizi dengan biovailabilita yang cukup.
b. Pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko anemia
c. Penyediaan pelayanan yang mudah dijangkau oleh keluarga yang memerlukan, dan tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai.
2. Terhadap penyebab tidak langsung
Perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan perhatian dan kasih sayang di dalam keluarga terhadap wanita, terutama terhadap ibu yang perhatian itu misalnya dapat tercermin dalam :
a. Penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya terutama bila hamil.
b. Mendahulukan ibu hamil pada waktu makan
c. Perhatian agar pekerjaan fisik disesuaikan dengan kondisi wanita/ibu hamil
3. Terhadap penyebab mendasar :
Dalam jangka panjang, penanggulangan anemia gizi hanya dapat berlangsung secara tuntas bila penyebab mendasar terjadinya anemia juga ditanggulang, misalnya melalui:
a. Usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan, terutama pendidikan wanita.
b. Usaha untuk memperbaiki upah, terutama karyawan rendah.
c. Usaha untuk meningkatkan status wanita di masyarakat
d. Usaha untuk memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga mendukung status kesehatan gizi masyarakat.
PENUTUP
Anemia defisiensi besi (Anemia Gizi) adalah suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah leih rendah daripada nilai normal. Untuk balita kadar Hb Normal adalah 12 g/dl. Adapun kebutuhan zat besi pada anak adalah sekitar 5 – 9 mmg/hari. Rasa lemah, letih, hilang nafsu makan, menurunya daya konsentrasi dan sakit kepala atau pening adalah gejala awal anemia. Penyebab anemia Gizi pada balita sangat banyak diantaranya: Pengadaan zat besi yang tidak cukup seperti cadangan besi yang tidak cukup. Selain itu absorbsi yang kurang karena diare ataupun infestasi cacing yang memperberat anemia. Faktor-faktor lain turut pula mempengaruhi seperti faktor sosial ekonomi, pendidikan, pola makan, fasilitas kesehatan dan faktor budaya.
Pengaruh Anemia pada balita diantaranya adalah penurunan kekebalan tubuh dimana terjadi penurunan kemampuan sel humural dan seluler di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan balita mudah terkena infeksi. Terhadap fungsi kognitif terjadi pula penurunan sehingga kecerdasan anak berkurang, kurang atensi (perhatian) dan prestasi belajar terganggu. Pengobatan anemia defisiensi besi kadang-kadang membutuhkan lebih dari suplementasi besi. Peningkatan zat Besi dapat diberikan melalui suntikan atau, pada anak yang lebih tua, sebagai suplemen oral. Untuk mencegah timbulnya anemia defisiensi zat besi yaitu dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama setelah lahir.susu formula dengan kandungan zat besi 12mg/L.
Strategi penanggulangan anemia gizi meliputi strategi operasional KIE, strategi operasioanl Suplementasi, Strategi penanggulangan anemia gizi secara tuntas hanya mungkin kalau intervensi dilakukan terhadap sebab langsung maupun sebab mendasar. Mengingat balita adalah penentu dari tinggi rendahnya kualitas pemuda dan bangsa kelak maka penanganan sedini mungkin sangatlah berarti bagi kelangsungan pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. - . Balita. Anemia Defisiensi Besi . http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Balita/Gizi+dan+Kesehatan/balita.anemia.defisiensi.besi/001/001/568/17/2 ( Diakses pada tanggal 6 Desember 2010 )
Astika, Nina. 2010. Anemia Defisiensi Besi . http://gangguankesehatananak.blogspot.com/2010/11/anemia-defisiensi-besi.htm ( Diakses pada tanggal 6 Desember 2010 )
Brody , L. Lee Culvert Tom. - . Iron Deficiency Anemia . www.healthofchildren.com/I-K/Iron-Deficiency-Anemia.html ( Diakses pada tanggal 8 Desember 2010 )
Nenk.2008. Anemia . http://www.lenterabiru.com/2009/08/anemia-2.htm ( Diakses pada tanggal 6 Desenber 2010 )
Permono,Bambang, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A. 2006n . Anemia Defisiensi Besi. http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-alcm237.htm ( Diakses pada tanggal 6 Desenber 2010 )
Wahyuni , Arlinda Sari.2004.Anemia Defesiensi Besi Pada Balita.: library.usu.ac.id/download/fk/fk-arlinda%20sari2.pdf (Diakses pada tanggal 6 Desember 2010)
1 komentar
Blog yang sangat bermanfaat, "Ejakulasi Dini" bermula mulai sejak dua kata, adalah "Ejakulasi" yg artinya ongkos sperma bersumber penis dan "Dini" yg artinya terlampaui segera atau sebelum waktunya. menjadi ejakulasi dini yaitu anggaran sperma yg terlampaui langsung atau sebelum waktunya. kamu dikatakan menemukan ejakulasi dini jika kamu telah menjelmakan sperma sebaliknya kamu belum menghendakinya atau sebelum pasangan kamu puas.
BalasHapushingga disaat ini belum ada barometer ejakulasi dini yg mampu terkabul dengan cara semesta dikarenakan susahnya memastikan kapan satu buah ejakulasi dikatakan terlampaui serentak dan kapan ejakulasi dinamakan galib. sekian banyak cerdik pandai sex menyatakan angka 5 menit sbg kadar. jikalau kamu telah membuahkan sperma dekat ketika jarang alamat 5 menit waktu bersenggama (penis menyelinap ke tempik) sehingga kamu mampu dinamakan menggondol ejakulasi dini.
Sementara menggali ilmu lain menyebutkan bahwa patokannya bukanlah berapa obsolet kamu bisa mengganjal keluarnya sperma, lagi pula seberapa puas diri kamu dan pasangan kamu. meski cuma 5 menit, kalau kamu dan pasangan kamu sanggup terpuaskan dekat kala 5 menit tertulis, sehingga kamu dikatakan alamiah. Disisi lain, walau kamu bisa bersi teguh sewaktu 20 menit, tapi pasangan kamu belum terpuaskan (belum terserang orgasme), sehingga kamu sedang dinamakan terkena ejakulasi dini.
Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang
Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini
hubungi Dokter | Chatting gratis