Higiene Industri

09.33

Tugas Dasar-Dasar K3

HIGIENE INDUSTRI



Disusun oleh :
WA ODE DITA ARLIANA
K11109012
KESMAS A


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Sang Penguasa sekalian alam yang maha pengasih dan maha penyayang. Shalawat serta salam senantasa terarah kepada Nabi Muhammad SAW. Pemimpin para Nabi saya serta umat-umat, keluarga serta sahabat sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Higiene Industri ”.

Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Dasar-Dasar K3. Dalam pembuatan makalah ini terdapat kesulitan dan hambatan. Berkat bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun ke arah perbaikan dikemudian hari. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan semua. Akhir kata semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.


Makassar, 28 November 2010

                                                                                          Penyusun






DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………….. ii
Daftar isi ………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………. 3
1. Defenisi Higiene Industri ……………………………… 3
2. Higiene Industri dalam K3 ……………………………… 3
3. Ruang Lingkup hygiene Industri ……………………….. 4
4. Potensi Bahaya Pada Lingkungan Perusahaan / industry …… 7
5. Perbedaan Batasan Antara Higiene Perusahaan dan Ilmu
Kesehatan Kerja Dengan ilmu Kesmas ………………… 10
BAB III PENUTUP …………………………………………………… 12
A. Kesimpulan …………………………………………………… 12
B. Saran …………………………………………………… 12
Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 13






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan industri dewasa ini telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi nasional yang ditandai dengan terus bertambahnya berbagai jenis industridengan berbagai macam produksinya. Kondisi ini secara otomatis membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para tenaga kerja dan keluarganya.

Sampai saat ini, jumlah angkatan kerja yang bekerjapada sektor-sektor industri baik industri pemerintah maupun swasta, sektor formal maupun informal, semakin bertambah seiring dengan perkembangan proses industrialisasi.

Akibat perkembangan industrialisasi, maka diperkirakan kedepan akan terdapat dua wilayah pola penyakit di Indonesia yang dapat mengenai tenaga kerja, yaitu penyakit infeksi yang memang akan terus ada dan penyakit non infeksiyang disebabkan oleh non-living organisme atau non-living contaminants seperti zat-zat kimia, debu, panas,logam-logam berat, tekanan mental, perilaku hidup tidak sehat, dan lain-lain.

Beberapa jenis penyakit non infeksi sebagai salah satu dampak industrialisasi antara lain : pneumokoniosis, penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, keracunan zat-zat kimia/logam berat, ketulian akibat bising, kecelakaan akibat kerja dan lain-lain. Semua dampak tersebut di atas dengan mudah dapat terjadi apabila upaya-upaya perlindungan terhadap tenaga kerja dan pembinaan/pengawasan lingkungan kerja tidak mendapatperhatian.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan hygiene industry ?
2. Bagaimana hygiene industry dalam K3 ?
3. Apa saja ruang lingkup higiene industry ?
4. Seperti apakah potensi bahaya di lingkungan perusahaan/industry ?


C. Tujuan

1. Pengertian higienen industry
2. Higiene industry dalam K3
3. Ruang lingkup higiene industry
4. Potensi bahaya di lingkungan perusahaan/industri




BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Higiene Industri

Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat

Higiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan


2. Higiene Industri Dalam K3

Kesehatan kerja adalah ilmu dan profesi yang mempelajari keterkaitan antara kesehatan dan pekerjan. Kesehatan yang kurang baik akan dapat mengganggu produktivitas pekerjaan, dan pekerjaan dapat pula menimbulkan terganggunya kesehatan. Karena peliknya permasalahan bidang ini tidak dapat ditangani oleh satu pihak saja, misalnya oleh dokter saja atau oleh insinyur saja. Bidang ini harus ditangani oleh berbagai disiplin ilmu, seperti: higene industri, kedokteran kerja, ergonomi, sosial, hukum, psikologi dan lain-lain. Paling sedikit ada tiga bidang ilmu besar yang mencakup kesehatan kerja secara keseluruhan, yaitu: keselamatan (safety), higene industri dan kedokteran kerja. Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara disiplin keselamatan dan disiplin kedokteran.

Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran. Bahasa higene industri mencakup kedua disiplin itu. Masalah rekayasa yang sukar dikuasai oleh para dokter dapat dikomunikasikan dengan higenis industri yang banyak barasal dari insinyur. Intervensi teknis akan mudah dikomunikasikan dan dilakukan oleh higenis industri. Risk assessment umumnya dikerjakan oleh para higenis industri.



3. Ruang Lingkup Higiene Industri


Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan).Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :

1) Antisipasi


Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
 Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata
 Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki
 Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki

Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
 Pengumpulan Informasi
• Melalui studi literature
• Mempelajari hasil penelitian
• Dokumen-dokumen perusahaan
• Survey lapangan
 Analisis dan diskusi
• Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
 Pembuatan Hasil

Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko yang
dapat dikelompokkan:
– Berdasarkan lokasi atau unit
– Berdasarkan kelompok pekerja
– Berdasarkan jenis potensi bahaya
– Berdasarkan tahapan proses produksi dll

2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .

Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran)
 Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
 Mengetahui pekerja yang berisiko

Metode-Metode dalam Rekognisi :

3) Evaluasi

Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan
kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil
pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya
teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.

Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :

 Untuk mengetahui tingkat risiko
 Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
 Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
 Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
 Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
 Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik

4) Pengontrolan

Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
• Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
• Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
• Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
• Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
 Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
 Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
 Proses kerja ditempatkan terpisah,
 Menempatan ventilasi local/umum.
• Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
 Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
• Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.

 Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas, uap dan radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding shield.

 Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.

 Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar. APD: helmet, bump caps.

 Pernapasan
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus

 Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.

 Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.

 Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.

4. Potensi bahaya di lingkungan perusahaan/Industri

Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, bahaya faktor biologi,faktor ergonomi dan psikologi.

1. Bahaya Fisik :

 Kebisingan

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.Sumber Suara Skala intensitas(dB) :
  • Halilintar 120 Kantor gaduh 70,
  • Meriam 110 Radio 60
  • Mesin uap 100 Kantor pd umumnya 40
  • Jalan yg ramai 90 Rumah tenang 30
  • Pluit 80 Tetesan air 10
  • Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis.

Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
  1. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
  2. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
  3. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
 Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.\

2. Bahaya Kimia
 Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.

 Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )Contoh :




 Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
 Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
 Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
 Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
 Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
 Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

3. Faktor Biologi
 Bakteri.
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.

 Virus.
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.

 Jamur.

Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
4. Ergonomi

Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “to fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job”. Adapun beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :
  • Posisi berdiri : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
  • Posisi duduk : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
5. Faktor Psikologi
Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh pekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja) yang tidak menimbulkan stres pada pekerja.

5. Perbedaan Batasan Antara Higiene Perusahaan dan Ilmu Kesehatan Kerja Dengan ilmu Kesmas

Higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai satu kesatuan spesialisasi dalam ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan kerja merupakan ilmu yang sangat luas sehingga berbagai keahlian dari berbagai aspek pengetahuan terlibat di dalamnya.

Kerjasama yang erat dalam berbagai disiplin tersebut merupakan hal yang penting. Namun demikian perlu diketahui bahwa kesehatan kerja merupakan cabang dalam ilmu kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk masyarakat pekerja. Antara kesehatan masyarakat dan kesehatan kerja terdapat kesamaan yaitu, keduanya mempelajari masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan manusia serta lingkungan fisik, biologi, kimia dan sosial secara umum. Namun perbedaannya terletak pada kesehatan kerja mempelajari manusia dalam hubungannya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik fisik maupun mental, sedangkan kesehatan masyarakat mempelajari manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya di luar tempat kerja, serta mempelajari semua faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, metode kerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja, yang mungkin dapat menyebabkan penyakit kecelakaan atau gangguan kesehatan lainnyan, misalnay bahaya-bahaya kimia dan fisik seperti infeksi dari debu, uap asam, gas-gas yang terhirup, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan perangsang, kesakitan akibat bising, silikasi akibat terhirup dan tersiram bahaya debu silika bebas (SiO2) dalam paru-paru, kecelakaan akibat kerja yang terlalu lama dan lain-lain.

Secara garis besar perbedaan antara ilmu higiene perusahaan dan kesehatan kerja dengan ilmu kesehatan masyarakat adalah

• Kesehatan Masyarakat tenaga kerja merupakan tujuan utama
• Yang diurusi biasanya tenaga kerja yang mudah didekati
• Ditandai dengan sangat efektifnya pemeriksaan kesehatan (Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, & khusus)
• Yang dihadapi adalah lingkungan kerja sebagi sumber bahaya
• Terutama berujuan peningkatan produktivitas
• Dibiayai oleh perusahaan atau masyarakat tenaga kerja
• Perkembangan sangat pesat sesudah revolusi industry
• Perundang-undangan berada dalam ruang lingkup ketenagakerjaan • Kesehatan Masyarakat sebagai sasaran utama
• Mengurusi masyarakat yang kurang mudah didekati
• Sulit melaksanakan pemeriksaan kesehatan
• Lingkungan umum merupaka suatu problema pokok
• Tujuan utamanya adalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan aspek produktivitas hanya menonjol apabila terjadi wabah
• Perkembangan sangat cepat setelah kemajuan di bidang ilmu jasad-jasad renik







BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun warga masyarakat. Higene industri dapat dikatakan sebagai juru bicara antara profesi keselamatan dan kedokteran.Adapu ruang lingkup hygiene industry terdiri dari antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengontrolan.Potensi bahaya yang terdapat di lingkungan industry yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, factor biologi, ergonomic dan factor psikologi.

B. Saran














DAFTAR PUSTAKA

Hendra._.Higiene Industri. Diakses pada tanggal 27 November 2010 : staff.ui.ac.id/internal/ 132255817/ material/Sesi2-3BasicprincipleHIGIENEINDUSTRI.pdf
Lucian,Yanha.2010.Higiene Industri. Diakses pada tanggal 28 November 2010 : http://yanhaluciyan.blogspot.com/2010/06/higiene-perusahaan.html
Pithaloka,dyah. 2010. Higiene Industri . Diakses pada tanggal 27 November 2010 : http://dyahpithaloka.wordpress.com/2010/11/22/higiene-industri/
Yuli.2008.Higiene Industri. Diakses pada tanggal 21 November 2010 : http://yoeli1971.blogspot.com/

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images